KTI SKRIPSI
PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku lansia dalam mengonsumsi makanan sehat. Populasi adalah seluruh lansia berumut. 60 tahun yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan .Sampel sebanyak 90 orang diambil dengan metode acak sistematis. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan food recall danfoodfrequency.
Hasil penelitian menunjukan dari 90 lansia, 73,3% berpengetahuan kurang, 45,6% memiliki sikap kurang, dan 52,2% memiliki tindakan kurang dalam mengonsumsi makanan sehat sedangkan tingkat konsumsi energi pada kategori sedang 51,1%, tingkat konsumsi protein pada kategori kurang 43,3%.
Mengingat Kecamatan mempunyai budaya yang beragam yang mengakibatkan pola konsumsi yang berbeda, diharapkan kepada Puskesmas untuk lebih meningkatkan pembinaan terhadap lansia melalui kegiatan posyandu yang dilakukan secara terpadu.
Kata kunci : perilaku lansia, makanan sehat, konsumsi energi dan protein
The jncrease of this descriptive study with cross sectional design was to know the behavior of old people in consuming healthy food. The populations for this study were all of the old people of > 60 years old living in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Subdistrict. The 90 samples for this study were obtained through food recall and food frequency based interview.
The result of this showed that 73.3% of the 90 old people studied had inadequate knowledge, 45.6% had an inadequate attitude and 52.2% consumed less healthy food, 51.1% consumed adequate energy-containing food, and 43.3% consumed less protein-containing food.
Considering that Subdistrict has various cultures resulting in different consumption patterns, the management of Puskesmas is expected to more increase the old people development through an integrated implementation of Posyandu activity.
Key words: behaviour of elderly, healthty food, energy and protein consumption
Menjadi tua dengan segenap keterbatasannya, merupakan suatu fase yang hams dijalani setiap manusia dalam kehidupannya. Seperti halnya fase-fase kehidupan lain yakni masa anak-anak, remaja dan dewasa, yang ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala fisik, perubahan anatomis, dan biokimia sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan sehingga akan berdampak pada ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupannya. Lansia yang sehat dan bugar dapat tercapai apabila mempertahankan status gizi pada kondisi optimum dan konsumsi makanan.
Menurut perkiraan Biro Pusat Statistik, pada tahun 2005 di Indonesia, terdapat 18.283.107 penduduk lanjut usia. Jumlah ini akan melonjak hingga kurang lebih 33 juta orang lanjut usia (12% dari total penduduk). Dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) tahun 2009, jumlah orang lanjut usia di Indonesia saat ini sekitar 16,5 juta jiwa dari seluruh jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 220 juta, diperkirakan jumlah lansia tahun 2020 menjadi 28 juta orang lebih.
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa adalah umur harapan hidup penduduknya. Saat ini Indonesia memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan secara umum. Umur harapan hidup meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007 (Salahudin, 2009).
Berdasarkan Profil Indonesia tahun 2007 menunjukkan umur harapan hidup di Indonesia laki laki 67 tahun dan perempuan 69 tahun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009 umur harapan hidup meningkat dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun, sedangkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi ......... tahun 2009 umur harapan hidup dari tahun ke tahun meningkat, dimana umur harapan hidup tahun 2002 yaitu 67,15 tahun dan pada tahun 2009 menjadi 68,38 tahun.
Menurut Nugroho (2008) pada tahun 2020 umur harapan hidup kurang lebih 70 tahun. Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia menimbulkan satu kecenderungan perubahan pola penyebab kematian terhadap permasalahan penting yang dihadapi pembangunan kesehatan adalah terjadinya beban ganda penyakit, dari penyakit infeksi menjadi penyakit kronis dan degeneratif.
Proses penuaan tidak dapat dihindari oleh semua orang. Proses penuaan sering disertai dengan adanya peningkatan gangguan organ dan fungsi tubuh, perubahan komposisi tubuh, penurunan massa bebas lemak, serta peningkatan massa lemak. Proses penuaan dapat diperlambat apabila mempunyai tingkat kesegaran jasmani dan asupan gizi yang baik, dan juga kondisi mental yang sehat dan aktif pada masa tua dibutuhkan pemeliharaan yang kontinu untuk mempertahankan daya pikirnya dan mencegah dari perasaan cemas dan depresi. Lansia yang sehat dan bugar tidak akan menjadi beban bagi orang lain karena masih dapat mengatasi sendiri masalah kehidupannya sehari-hari (Maryam dick, 2008).
Penuaan juga dapat diakibatkan oleh saling berinteraksinya pemrograman genetika, gaya hidup, dan nutrisi; dua faktor yang terakhir ini berada dibawah kontrol manusia, dan dapat dimodifikasi untuk memperpanjang umur (Barasi, 2009).
Pada lanjut usia salah satu upaya utama yang dilakukan untuk mencapai kualitas hidup agar tetap baik adalah dengan cara mempertahankan status gizi pada kondisi optimum dan konsumsi makanan bergizi dan beragam. Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik, diperlukan pangan yang mengandung cukup gizi, aman dikonsumsi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi yang ditentukan berbagai faktor seperti, umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, berat badan, tinggi badan, keadaan fisiologis dan kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan pangan (Supariasa dick, 2002).
Sri (2007) yang mengutip pendapat Marsetyo menyatakan bahwa, untuk memperoleh energi agar para usia lanjut dapat melakukan kegiatan fisik sehari-hari, dibutuhkan zat gizi. Zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat itu antara lain: karbohidrat, protein, lemak, vitamin, air, mineral dan serat dalam jumlah seimbang. Banyaknya masing-masing zat gizi yang diperlukan manusia, tidak persis sama antara satu orang dengan orang lain
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan¬perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Semua proses pertumbuhan memerlukan zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para lanjut usia. Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan mat berumur 50 tahun, namun nafsu makan mereka cenderung terus menurun, karena itu hams terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi (Kusno dick, 2004).
Makanan sehat yang dianjurkan pada lansia yaitu, makanan beraneka ragam seperti : makanan pokok, lauk pauk, buah-buahan yang mengandung kalori, protein, karbohidrat dan serat makanan, vitamin dan mineral, air serta rendah lemak. . Makanan sehat adalah makanan yang higienis serta banyak mengandung gizi dan tidak mengandung kuman penyakit (Maryam, 2008).
Menurut Utami (2002) masih banyak lanjut usia di pedesaan kurang dalam mengkonsumsi protein nabati dan hewani, serta rendah dalam mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dengan sejenisnya yang kurang beragam. Sehingga konsumsi lemak yang tinggi tidak diimbangi dengan konsumsi serat maupun vitamin C yang cukup. Selain itu juga lansia cenderung jarang sarapan pagi dengan nasi atau sejenisnya, mereka cukup dengan segelas kopi dengan frekuensi terbanyak 3x sehari, seperti diketahui bahwa mengonsumsi kopi yang mengandung kafein dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan pembuluh darah.
Menurut penelitian yang dilakukan Utami (2002) dari 88 lansia di pedesaan Kabupaten Deli Serdang sebanyak 23 orang (26,1%) yang mengonsumsi makanan sumber karbohidrat dengan frekuensi sering, yang mengonsumsi protein hewani sangat jarang hanya 34 orang (38,6%), yang mengonsumsi sayuran kategori jarang dan kadang-kadang 27 orang (30,7%), yang mengonsumsi buah-buahan dengan kategori jarang dan kadang-kadang 82 orang (92,7%).
Data yang diperoleh di Wilayah kerja Puskesmas jumlah lansia umur 60 tahun keatas sebanyak 947 orang (5,5%) dari jumlah penduduk 17.297 orang. Tingginya jumlah lansia di Puskesmas merupakan masalah penting yang dihadapi akan memungkinkan terjadinya beban ganda penyakit, dari penyakit infeksi menjadi penyakit kronis dan degeneratif. Hal ini disebabkan oleh perilaku lansia yang kurang terhadap konsumsi makanan sehat yaitu masih banyaknya kebiasaan lansia yang kurang memperhatikan konsumsi makanan yang sehat jika dilihat dari tingkat konsumsi yang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari suatu makanan, dan kebiasaan lansia terhadap cara pemilihan, pengolahan, penyajian makanan yang baik.
Peneliti melihat pada survei awal, lansia cenderung beranggapan bahwa makan hanya untuk memenuhi kebutuhan saja, tanpa hams memperhatikan makanan yang dikonsumsinya apakah mengandung gizi atau tidak. Hal ini disebabkan lansia di wilayah kerja Puskesmas masih ditemui lansia yang tinggal sendiri tanpa ada keluarga yang mendampingi, mengakibatkan lansia belum mengerti dan kurang informasi tentang pentingnya konsumsi makanan sehat bagi tubuh lansia dan juga ketidaktahuan terhadap makanan sehat dan bergizi.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku lansia dalam mengonsumsi makanan sehat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabupaten .
1.2 Rumusan Masalah
Meningkatnya usia harapan hidup cenderung menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan gizi. Berdasarkan hal itu, permasalahan dalam penelitian ini adalah : "Bagaimana perilaku lansia dalam pola konsumsi makanan sehat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabupaten Tahun 2012".
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku lansia dalam pola konsumsi makanan sehat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabupaten Tahun 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis makanan sehat yang dikonsumsi lansia
2. Untuk mengetahui jumlah makanan sehat yang dikonsumsi lansia
3. Untuk mengetahui frekuensi makan lansia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan dan informasi untuk perencanaan kesehatan lanjut usia di Dinas Kesehatan Kabupaten , khususnya kepada pihak Puskesmas sehingga dapat melakukan konseling atau penyuluhan tentang konsumsi makanan sehat bagi lansia pada waktu pelaksanaan posyandu lansia dengan tujuan peningkatan pengetahuan lansia terhadap konsumsi makanan sehat.
silahkan download KTI SKRIPSI
PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
ABSTRAK
Meningkatnya angka usia harapan hidup di Indonesia, khususnya, menyebabkan persentase golongan usia lanjut semakin bertambah. Usia yang semakin lanjut akan menimbulkan berbagai perubahan ke arah kemunduran baik secara fisik, mental, maupun psikososial. Hal ini akan memberi perubahan terhadap perilaku lansia dalam mengonsumsi makanan sehat terutama konsumsi bahan pangan sumber energi dan sumber protein.Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku lansia dalam mengonsumsi makanan sehat. Populasi adalah seluruh lansia berumut. 60 tahun yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan .Sampel sebanyak 90 orang diambil dengan metode acak sistematis. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan food recall danfoodfrequency.
Hasil penelitian menunjukan dari 90 lansia, 73,3% berpengetahuan kurang, 45,6% memiliki sikap kurang, dan 52,2% memiliki tindakan kurang dalam mengonsumsi makanan sehat sedangkan tingkat konsumsi energi pada kategori sedang 51,1%, tingkat konsumsi protein pada kategori kurang 43,3%.
Mengingat Kecamatan mempunyai budaya yang beragam yang mengakibatkan pola konsumsi yang berbeda, diharapkan kepada Puskesmas untuk lebih meningkatkan pembinaan terhadap lansia melalui kegiatan posyandu yang dilakukan secara terpadu.
Kata kunci : perilaku lansia, makanan sehat, konsumsi energi dan protein
ABSTRACT
The increase of the life expectancy at birth in Indonesia, especially in the Province of , has caused the increasing number of elderly groups. Older age will result in several backward changes in terms of physical, mental or psychosocial. This condition will change the behavior of old people in consuming healthy food especially in consuming the foodstuff of energy and protein.The jncrease of this descriptive study with cross sectional design was to know the behavior of old people in consuming healthy food. The populations for this study were all of the old people of > 60 years old living in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Subdistrict. The 90 samples for this study were obtained through food recall and food frequency based interview.
The result of this showed that 73.3% of the 90 old people studied had inadequate knowledge, 45.6% had an inadequate attitude and 52.2% consumed less healthy food, 51.1% consumed adequate energy-containing food, and 43.3% consumed less protein-containing food.
Considering that Subdistrict has various cultures resulting in different consumption patterns, the management of Puskesmas is expected to more increase the old people development through an integrated implementation of Posyandu activity.
Key words: behaviour of elderly, healthty food, energy and protein consumption
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangMenjadi tua dengan segenap keterbatasannya, merupakan suatu fase yang hams dijalani setiap manusia dalam kehidupannya. Seperti halnya fase-fase kehidupan lain yakni masa anak-anak, remaja dan dewasa, yang ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala fisik, perubahan anatomis, dan biokimia sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan sehingga akan berdampak pada ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupannya. Lansia yang sehat dan bugar dapat tercapai apabila mempertahankan status gizi pada kondisi optimum dan konsumsi makanan.
Menurut perkiraan Biro Pusat Statistik, pada tahun 2005 di Indonesia, terdapat 18.283.107 penduduk lanjut usia. Jumlah ini akan melonjak hingga kurang lebih 33 juta orang lanjut usia (12% dari total penduduk). Dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) tahun 2009, jumlah orang lanjut usia di Indonesia saat ini sekitar 16,5 juta jiwa dari seluruh jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 220 juta, diperkirakan jumlah lansia tahun 2020 menjadi 28 juta orang lebih.
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa adalah umur harapan hidup penduduknya. Saat ini Indonesia memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan secara umum. Umur harapan hidup meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007 (Salahudin, 2009).
Berdasarkan Profil Indonesia tahun 2007 menunjukkan umur harapan hidup di Indonesia laki laki 67 tahun dan perempuan 69 tahun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009 umur harapan hidup meningkat dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun, sedangkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi ......... tahun 2009 umur harapan hidup dari tahun ke tahun meningkat, dimana umur harapan hidup tahun 2002 yaitu 67,15 tahun dan pada tahun 2009 menjadi 68,38 tahun.
Menurut Nugroho (2008) pada tahun 2020 umur harapan hidup kurang lebih 70 tahun. Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia menimbulkan satu kecenderungan perubahan pola penyebab kematian terhadap permasalahan penting yang dihadapi pembangunan kesehatan adalah terjadinya beban ganda penyakit, dari penyakit infeksi menjadi penyakit kronis dan degeneratif.
Proses penuaan tidak dapat dihindari oleh semua orang. Proses penuaan sering disertai dengan adanya peningkatan gangguan organ dan fungsi tubuh, perubahan komposisi tubuh, penurunan massa bebas lemak, serta peningkatan massa lemak. Proses penuaan dapat diperlambat apabila mempunyai tingkat kesegaran jasmani dan asupan gizi yang baik, dan juga kondisi mental yang sehat dan aktif pada masa tua dibutuhkan pemeliharaan yang kontinu untuk mempertahankan daya pikirnya dan mencegah dari perasaan cemas dan depresi. Lansia yang sehat dan bugar tidak akan menjadi beban bagi orang lain karena masih dapat mengatasi sendiri masalah kehidupannya sehari-hari (Maryam dick, 2008).
Penuaan juga dapat diakibatkan oleh saling berinteraksinya pemrograman genetika, gaya hidup, dan nutrisi; dua faktor yang terakhir ini berada dibawah kontrol manusia, dan dapat dimodifikasi untuk memperpanjang umur (Barasi, 2009).
Pada lanjut usia salah satu upaya utama yang dilakukan untuk mencapai kualitas hidup agar tetap baik adalah dengan cara mempertahankan status gizi pada kondisi optimum dan konsumsi makanan bergizi dan beragam. Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik, diperlukan pangan yang mengandung cukup gizi, aman dikonsumsi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi yang ditentukan berbagai faktor seperti, umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, berat badan, tinggi badan, keadaan fisiologis dan kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan pangan (Supariasa dick, 2002).
Sri (2007) yang mengutip pendapat Marsetyo menyatakan bahwa, untuk memperoleh energi agar para usia lanjut dapat melakukan kegiatan fisik sehari-hari, dibutuhkan zat gizi. Zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat itu antara lain: karbohidrat, protein, lemak, vitamin, air, mineral dan serat dalam jumlah seimbang. Banyaknya masing-masing zat gizi yang diperlukan manusia, tidak persis sama antara satu orang dengan orang lain
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan¬perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Semua proses pertumbuhan memerlukan zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para lanjut usia. Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan mat berumur 50 tahun, namun nafsu makan mereka cenderung terus menurun, karena itu hams terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi (Kusno dick, 2004).
Makanan sehat yang dianjurkan pada lansia yaitu, makanan beraneka ragam seperti : makanan pokok, lauk pauk, buah-buahan yang mengandung kalori, protein, karbohidrat dan serat makanan, vitamin dan mineral, air serta rendah lemak. . Makanan sehat adalah makanan yang higienis serta banyak mengandung gizi dan tidak mengandung kuman penyakit (Maryam, 2008).
Menurut Utami (2002) masih banyak lanjut usia di pedesaan kurang dalam mengkonsumsi protein nabati dan hewani, serta rendah dalam mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dengan sejenisnya yang kurang beragam. Sehingga konsumsi lemak yang tinggi tidak diimbangi dengan konsumsi serat maupun vitamin C yang cukup. Selain itu juga lansia cenderung jarang sarapan pagi dengan nasi atau sejenisnya, mereka cukup dengan segelas kopi dengan frekuensi terbanyak 3x sehari, seperti diketahui bahwa mengonsumsi kopi yang mengandung kafein dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan pembuluh darah.
Menurut penelitian yang dilakukan Utami (2002) dari 88 lansia di pedesaan Kabupaten Deli Serdang sebanyak 23 orang (26,1%) yang mengonsumsi makanan sumber karbohidrat dengan frekuensi sering, yang mengonsumsi protein hewani sangat jarang hanya 34 orang (38,6%), yang mengonsumsi sayuran kategori jarang dan kadang-kadang 27 orang (30,7%), yang mengonsumsi buah-buahan dengan kategori jarang dan kadang-kadang 82 orang (92,7%).
Data yang diperoleh di Wilayah kerja Puskesmas jumlah lansia umur 60 tahun keatas sebanyak 947 orang (5,5%) dari jumlah penduduk 17.297 orang. Tingginya jumlah lansia di Puskesmas merupakan masalah penting yang dihadapi akan memungkinkan terjadinya beban ganda penyakit, dari penyakit infeksi menjadi penyakit kronis dan degeneratif. Hal ini disebabkan oleh perilaku lansia yang kurang terhadap konsumsi makanan sehat yaitu masih banyaknya kebiasaan lansia yang kurang memperhatikan konsumsi makanan yang sehat jika dilihat dari tingkat konsumsi yang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari suatu makanan, dan kebiasaan lansia terhadap cara pemilihan, pengolahan, penyajian makanan yang baik.
Peneliti melihat pada survei awal, lansia cenderung beranggapan bahwa makan hanya untuk memenuhi kebutuhan saja, tanpa hams memperhatikan makanan yang dikonsumsinya apakah mengandung gizi atau tidak. Hal ini disebabkan lansia di wilayah kerja Puskesmas masih ditemui lansia yang tinggal sendiri tanpa ada keluarga yang mendampingi, mengakibatkan lansia belum mengerti dan kurang informasi tentang pentingnya konsumsi makanan sehat bagi tubuh lansia dan juga ketidaktahuan terhadap makanan sehat dan bergizi.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku lansia dalam mengonsumsi makanan sehat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabupaten .
1.2 Rumusan Masalah
Meningkatnya usia harapan hidup cenderung menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan gizi. Berdasarkan hal itu, permasalahan dalam penelitian ini adalah : "Bagaimana perilaku lansia dalam pola konsumsi makanan sehat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabupaten Tahun 2012".
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku lansia dalam pola konsumsi makanan sehat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabupaten Tahun 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis makanan sehat yang dikonsumsi lansia
2. Untuk mengetahui jumlah makanan sehat yang dikonsumsi lansia
3. Untuk mengetahui frekuensi makan lansia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan dan informasi untuk perencanaan kesehatan lanjut usia di Dinas Kesehatan Kabupaten , khususnya kepada pihak Puskesmas sehingga dapat melakukan konseling atau penyuluhan tentang konsumsi makanan sehat bagi lansia pada waktu pelaksanaan posyandu lansia dengan tujuan peningkatan pengetahuan lansia terhadap konsumsi makanan sehat.
PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS