KTI SKRIPSI
Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganganggu (KET) di RS
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu (Prawirohardjo, 2005 ).
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim atau Intra Uterine Device (IUD), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi. (Prawirohardjo, 2006 ).
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat (Cunningham, 1995 ).
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda ( William, 2005 ).
Kehamilan ektopik terganggu menyebabkan keadaan gawat pada reproduksi yang sangat berbahaya. Berdasarkan data dari The Centers for Disease Control and Prevention menunjukkan bahwa kehamilan ektopik di Amerika Serikat meningkat drastis pada 15 tahun terakhir. Menurut data statistik pada tahun 1989, terdapat 16 kasus kehamilan ektopik terganggu dalam 1000 persalinan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 1992 dilaporkan kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7 dalam 100 persalinan (Fridsto, 2000).
Dari penelitian yang dilakukan wibono di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSUPCM) Jakarta pada tahun 1987 dilaporkan 153 kehamilan ektopik terganggu dalam 4007 persalinan, atau 1 dalam 26 persalinan. Ibu yang mengalami kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada kelompok umur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0% sampai 14.6%. Kasus kehamilan ektopik terganggu di RSUP M. Djamil padang selama 3 tahun (tahun 1992-1994) ditemukan 62 kasus dari 10.612 kehamilan (Prawirohardjo, 2004 ).
Faktor-faktor yang berperan terjadinya KET berdasarkan usia ibu yaitu sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun (Prawirohardjo,2005) dan berdasarkan graviditas, insden kehamilan ektopik meningkat pada wanita primigravida (Cunningham,1995) serta dari segi usia kehamilan KET sering terjadi pada kehamilan 16 minggu.
Keadaan ini adalah menyangkut masalah kebidanan, dimana tenaga kesehatan yang menangani khususnya bidan dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan kehamilan secara dini, sehingga apabila ada yang mengarah kepada kelainan dalam kehamilan komplikasi khususnya KET dapat dideteksi secepat mungkin sehingga ibu yang menderita dapat terhindar dari komplikasi-komplikasi yang berakibat kematian (Heal, 2006).
Menurut data yang diperoleh yang di rawat di ruangan RSUD kasus kehamilan ektopik menduduki peringkat ke- 3 dari kasus terbanyak pada Tahun.
1.2 Perumusan Masalah
Berdsarkan uraian diatas dan didukung belum adanya penelitian yang menggambarkan tentang gambaran kasus kehamilan ektopik terganggu (KET) yang di rawat di ruangan RSUD Tahun . maka peneliti tertarik melakukan penelitian ‘’ bagaimanakah Gambaran Kasus KET yang di rawat di Ruangan RSUD tahun .
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diperoleh gambaran kasus kehamilan ektopik terganggu yang dirawat di ruangan RSUD Tahun .
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh gambaran kasus kehamilan ektopik terganggu di ruangan berdasarkan usia ibu.
b. Diperoleh gambaran kasus kehamilan ektopik terganggu berdasarkan usia kehamilan
c. Diperoleh gambaran kasus kehamilan ektopik terganggu berdasarkan paritas
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
a. Sebagai sarana belajar dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama kuliah ke dalam permasalahan yang ada di tengah masyarakat serta menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat tentang faktor penyebab serta pencegahan kehamilan ektopik.
b. Memberikan gambaran mengenai kasus kehamilan ektopik terganggu di RSUD Arifin Achmad sebagai masukan bagi aparat yang terkait dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan dan sebagai pertimbangan dalam pengelolaan di Rumah Sakit sehingga dapat menurunkan angka kematian Ibu.
c. Sebagai data dasar bagi penelitian selanjutnya.
2. Bagi Institusi Akbid
sebagai masukan dalam menambah literature mahasiswi diperpustakaan akedemi kebidanan ........... tentang kehamilan ektopik terganggu
3. Bagi RSUD
Sebagai masukan bagi bagian bina program dan rekam medis serta dapat dikembangkan bagi mahasiswa yang praktek di RSUD
silahkan download KTI SKRIPSI
Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganganggu (KET) di RS
Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganganggu (KET) di RS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakangKehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu (Prawirohardjo, 2005 ).
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim atau Intra Uterine Device (IUD), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi. (Prawirohardjo, 2006 ).
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat (Cunningham, 1995 ).
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda ( William, 2005 ).
Kehamilan ektopik terganggu menyebabkan keadaan gawat pada reproduksi yang sangat berbahaya. Berdasarkan data dari The Centers for Disease Control and Prevention menunjukkan bahwa kehamilan ektopik di Amerika Serikat meningkat drastis pada 15 tahun terakhir. Menurut data statistik pada tahun 1989, terdapat 16 kasus kehamilan ektopik terganggu dalam 1000 persalinan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 1992 dilaporkan kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7 dalam 100 persalinan (Fridsto, 2000).
Dari penelitian yang dilakukan wibono di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSUPCM) Jakarta pada tahun 1987 dilaporkan 153 kehamilan ektopik terganggu dalam 4007 persalinan, atau 1 dalam 26 persalinan. Ibu yang mengalami kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada kelompok umur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0% sampai 14.6%. Kasus kehamilan ektopik terganggu di RSUP M. Djamil padang selama 3 tahun (tahun 1992-1994) ditemukan 62 kasus dari 10.612 kehamilan (Prawirohardjo, 2004 ).
Faktor-faktor yang berperan terjadinya KET berdasarkan usia ibu yaitu sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun (Prawirohardjo,2005) dan berdasarkan graviditas, insden kehamilan ektopik meningkat pada wanita primigravida (Cunningham,1995) serta dari segi usia kehamilan KET sering terjadi pada kehamilan 16 minggu.
Keadaan ini adalah menyangkut masalah kebidanan, dimana tenaga kesehatan yang menangani khususnya bidan dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan kehamilan secara dini, sehingga apabila ada yang mengarah kepada kelainan dalam kehamilan komplikasi khususnya KET dapat dideteksi secepat mungkin sehingga ibu yang menderita dapat terhindar dari komplikasi-komplikasi yang berakibat kematian (Heal, 2006).
Menurut data yang diperoleh yang di rawat di ruangan RSUD kasus kehamilan ektopik menduduki peringkat ke- 3 dari kasus terbanyak pada Tahun.
1.2 Perumusan Masalah
Berdsarkan uraian diatas dan didukung belum adanya penelitian yang menggambarkan tentang gambaran kasus kehamilan ektopik terganggu (KET) yang di rawat di ruangan RSUD Tahun . maka peneliti tertarik melakukan penelitian ‘’ bagaimanakah Gambaran Kasus KET yang di rawat di Ruangan RSUD tahun .
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diperoleh gambaran kasus kehamilan ektopik terganggu yang dirawat di ruangan RSUD Tahun .
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh gambaran kasus kehamilan ektopik terganggu di ruangan berdasarkan usia ibu.
b. Diperoleh gambaran kasus kehamilan ektopik terganggu berdasarkan usia kehamilan
c. Diperoleh gambaran kasus kehamilan ektopik terganggu berdasarkan paritas
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
a. Sebagai sarana belajar dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama kuliah ke dalam permasalahan yang ada di tengah masyarakat serta menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat tentang faktor penyebab serta pencegahan kehamilan ektopik.
b. Memberikan gambaran mengenai kasus kehamilan ektopik terganggu di RSUD Arifin Achmad sebagai masukan bagi aparat yang terkait dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan dan sebagai pertimbangan dalam pengelolaan di Rumah Sakit sehingga dapat menurunkan angka kematian Ibu.
c. Sebagai data dasar bagi penelitian selanjutnya.
2. Bagi Institusi Akbid
sebagai masukan dalam menambah literature mahasiswi diperpustakaan akedemi kebidanan ........... tentang kehamilan ektopik terganggu
3. Bagi RSUD
Sebagai masukan bagi bagian bina program dan rekam medis serta dapat dikembangkan bagi mahasiswa yang praktek di RSUD
Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganganggu (KET) di RS